Search This Blog

Sejarah Minangkabau Yang Wajib kita Ketahui

Ada banyak informasi yang Bisa kita pelajari sebelum membahas mengenai Sejarah Minangkabau ini, kenyataannya kita butuh membaca Sebab dalam kehidupan kita sehari-hari kita butuh kemampuan banyak hal yang belum kita pahami yang sebenarnya. Misalnya, supaya mampu menyampaikan keinginan kita kepada orang lain dengan bagus dan benar, kita wajib mengetahui Tutorial berkomunikasi. supaya Bisa berkomunikasi, kita wajib Bisa membaca dan menulis. Sebelum membahas mengenai Sejarah Minangkabau, Saat ini, Bisa disimpulkan bila hanya dengan belajar kita Bisa menanggulangi masalah yang kita hadapi setiap hari. Kita belajar, akan mengubah diri kita, dari belum mengetahui, atau belum ahli di hal tertentu, menjadi kebalikannya dan membuat kita semakin berisi.

Sejarah Minangkabau


Alkisah di masa lalu Ranah Minangkabau mendapat ancaman Agresi
dari kerajaan yang kuat dari daerah Jawa. Untuk menghindari pertempuran
fisik yang pasti banyak memakan korban, orang Minangkabau menjalankan
diplomasi dan mengusulkan supaya peperangan tersebut diganti dengan adu
kerbau. Usul tersebut disetujui oleh raja dari Jawa, setelah itu
dikirimlah kerbau yang besar dan perkasa.


Sejarah Minangkabau

Suatu siang di suatu kawasan di Ranah Minang. Puluhan warga memadati
arena pertandingan. Di tengah lapangan, dua ekor kerbau kekar saling
berhadapan. Mereka akan diadu untuk ditetapkan sebagai sang juara.
Itulah sepintas adu kerbau yang menjadi budaya turun-temurun masyarakat
Minangkabau, Sumatra Barat. Budaya warisan leluhur yang telah
berlangsung ratusan tahun itu hingga kini masih dijaga dengan bagus oleh masyarakat Minang.

Alkisah di masa lalu Ranah Minangkabau mendapat ancaman Agresi dari
kerajaan yang kuat dari daerah Jawa. Untuk menghindari pertempuran
fisik yang pasti banyak memakan korban, orang Minangkabau menjalankan
diplomasi dan mengusulkan supaya peperangan tersebut diganti dengan adu
kerbau.  Usul tersebut disetujui oleh raja dari Jawa, setelah itu
dikirimlah kerbau yang besar dan perkasa. Dari Minangkabau disiapkan
anak kerbau akan tetapi yang kehausan dan di tanduknya dipasang taji.

Suku Minangkabau memang mempunyai keterkaitan yang sangat erat
dengan Fauna ternak berkaki empat yang disebut kerbau. Itu antara lain
terlihat di berbagai identitas budaya Minang, seperti atap rumah
tradisional mereka (Rumah Bogonjong). Rumah adat yang kerap disebut
juga Rumah Gadang itu berbentuk seperti tanduk kerbau. Begitu pula di
pakaian wanitanya (Baju Tanduak Kabau).

Sudah beratus-ratus tahun lamanya kerbau menjadi salah satu Fauna
terfavorit di Provinsi Sumbar. Badan kerbau yang besar dan kekar
dianggap mampu membantu berbagai macam pekerjaan manusia. Salah satu
pekerjaan kuno yang dikerjakan dengan bantuan tenaga kerbau yaitu
menggiling tebu. Dengan alat sederhana, sang kerbau diikat di sebilah
bambu yang terhubung di alat pemeras tebu tradisional. Selama delapan
jam bekerja, sang kerbau terus-menerus berputar mengelilingi alat
pemeras. Uniknya, supaya sang kerbau tak akan pusing kepala, mata Fauna itu
ditutup dengan dua buah batok kelapa yang dilapisi kain.

Air tebu hasil perasan sang kerbau itulah yang setelah itu menjadi
cikal bakal pembuatan gula merah tradisional. Masyarakat Minang percaya
gula merah hasil kerja keras sang kerbau lebih gurih ketimbang dari
alat modern.

Saat
dimulai pertarungan, saat anak kerbau yang masih kecil itu menoleh ke
kerbau dari Jawa, serta merta menyeruduk perut lawannya yang dikira
ibunya dan menikam kerbau dari Jawa  hingga mati. Raja Jawa mengakui
kemenangan ini dan akhirnya mengurungi niatnya untuk menyerang
Minangkabau. Sejak itulah orang Minangkabau konon memakai nama
Minangkabau yang berarti Menang Dalam Pertandingan Kerbau sebagai
identitas budayanya.


Sejarah Minangkabau

Dari sisi sejarah, Fauna kerbau untuk suku besar di Sumbar ini telah
mengantarkan kejayaan mereka di masa silam. Konon, dahulu kala Sebab
bantuan kerbau-lah masyarakat di Sumbar menang perang melawan suku
Jawa. Akhirnya hingga sekarang mereka menamakan dirinya sebagai suku
Minangkabau. “Jadi perang tak berakhir juga, jadi kami usulkan untuk
adu aja kerbau.

Oleh pihak penyerang dicarilah kerbau yang terbesar di
daerahnya ditempatkan di tengah ladang. Orang sini hanya anak kerbau
yang sedang menyusu. Sebab kerbau yang sudah dua hari tak minum susu,
dia lari mengejar susu ibunya. Jadi perut kerbau besar itu robek dan
dia lari,” kisah Datuk Bandaro Panjang, pemuka adat.

Kisah sang kerbau ternyata tak hanya menjadi legenda semata. Hingga
kini pasar ternak di Sumbar pun lebih banyak menjual kerbau ketimbang
sapi. Sistem penjualan ternak orang Minang pun cukup unik. Berbeda
dengan pasar sayur tradisional di pasar ternak ini tak akan akan terdengar
sepatah Perkataan pun antara sang penjual dan pembeli. Transaksi yang
berlaku hanya memakai tangan. Jari-jari tangan dipakai sebagai alat
perhitungan harga jual ternak yang akan dibeli.

Badan padat, kaki kekar dan mata tajam. Itulah ciri khas Si Borgol,
kerbau kesayangan Kati Sutan, petani Ranah Minang. untuk Kati Sutan,
mempunyai kerbau seperti Borgol ibarat mempunyai harta yang sangat
berharga dan juga kehormatan. Borgol bukanlah sembarang kerbau. Ia
seekor kerbau aduan yang sudah menang lima kali pertandingan. Sebab
kehebatan itulah, Fauna tersebut setelah itu mendapat gelar borgol yang
berarti kuat mengunci lawan.

Tak hanya untuk hobi semata, kesenangan Kati Sutan mengikuti adu
kerbau juga untuk meneruskan tradisi budaya Minangkabau. Ketangguhan Si
Borgol yang sudah lima kali memenangkan pertandingan itu membuat Kati
Sutan terkenal di kampungnya. Setelah berumur dua tahun, kerbau yang
mempunyai potensi sebagai aduan biasanya mulai dilatih oleh pemiliknya.
Kali ini, Borgol pun akan dilatih untuk mempersiapkan kekuatan fisiknya
menjelang pertandingan. Calon lawan tanding latihan wajib sesuai berat
tubuh Si Borgol. Sebab bila tak akan imbang, latihan tarung itu akan
percuma.


Sejarah Minangkabau

Latihan tarung kerbau paling lama dilakukan selama satu jam. Setelah
yakin akan kekuatan Borgol, latihan tarung dihentikan. Kati Sutan
sangat yakin kerbaunya akan menang kembali. Dalam adu kerbau tak hanya
kekuatan kerbau yang menjadi andalan. Pemilik kerbau juga wajib meminta
jampi-jampi kepada dukun kerbau supaya menang dalam pertandingan.

Seusai latihan tarung, Kati Sutan pun meminta seorang dukun kerbau
untuk menjampi-jampi Si Borgol. Seperti pertandingan sebelumnya, Kati
Sutan meminta bantuan Sutan Marajo, dukun adu kerbau yang terkenal di
kampungnya. Sang dukun membawa sejumlah bahan-bahan alam untuk membuat
jamu andalan untuk Si Borgol.

Bahan-bahan alam yang terdiri dari jahe, temulawak, lada dan
daun-daunan alam lainnya mulai diracik. Di atas api besar, jamu-jamuan
itu disangrai hingga gosong. Sementara keluarga Kati Sutan pun ikut
membantu. Bahan lain untuk campuran jamu, seperti telur bebek, air
jeruk nipis, minuman suplemen dan satu botol bir hitam turut disiapkan.

Setelah semua bahan siap, Sutan Marajo pun mulai membacakan mantera
dan membakar kemenyan. Ia berdoa supaya kerbau yang dijampinya Bisa
memenangkan pertandingan. Jampi-jampi pun dicampur ramuan. Setelah itu,
ramuan setelah itu ditempatkan di selembar daun yang keesokan harinya akan
diberikan kepada Si Borgol. Keluarga Kati Sutan pun lantas
mempersiapkan Borgol sang jagoan untuk diadu keesokan harinya.

Hari pertandingan pun tiba. Kati Sutan mulai bersiap-siap. Namun
sebelum berangkat ke arena pertandingan masih ada sejumlah ritual yang
wajib dilakukan sang dukun, yakni meruncingkan tanduk milik Si Borgol.
Tanduk merupakan salah satu bagian tubuh kerbau yang paling mudah untuk
melukai lawan. Karenanya wajib dibuat setajam mungkin. Dengan sebilah
pisau Sutan Marajo menajamkan tanduk Si Borgol. Kini tanduk sang kerbau
telah tajam laksana pedang.

Ritual pun dilanjutkan. Seperti layaknya manusia, Borgol wajib mandi
dahulu sebelum maju ke arena pertarungan. Sambil membalurkan air ke
tubuh Borgol, Sutan Marajo merapalkan jampi-jampi ajiannya supaya jagoan
Kati Sutan ini kuat melawan musuh. Sesudah acara mandi selesai, sang
dukun membagikan ramuan jampi-jampinya yang dibuat kemarin sore. Tanpa
melawan Borgol pun setelah itu memakan ramuan sang dukun dengan lahapnya.
Tak lupa tubuh tegap Borgol pun dibaluri lumpur dan jelaga supaya
terlihat gagah. Kini seluruh persiapan telah usai dilaksanakan. Borgol
sang jagoan sudah tak sabar bertemu lawan tandingan.


Sejarah Minangkabau

Siang itu di bawah sinar matahari, Borgol dilepas dari kandangnya.
Bak seorang jagoan, dengan gagahnya Borgol berjalan keliling kampung
menuju arena pertandingan. Letak arena pertandingan sekitar tujuh
kilometer dari desa Kati Sutan. Namun ditemani sang dukun Sutan Marajo,
Borgol tak gentar berjalan. Bahkan sesekali, kerbau kekar itu mulai
berlari seakan tak sabar untuk bertemu sang penantang.

Akhirnya hingga juga Borgol di lokasi pertandingan. Rupanya sang
lawan telah menunggu di pojok arena. Lawan Andal Borgol tersebut
berasal dari desa tetangga. Berbeda dengan Borgol yang sudah ikut lima
kali pertandingan, lawannya justru baru kali ini maju ke arena adu
kerbau.

Satu per satu penonton mulai berdatangan ke arena. Dengan tarif yang
cukup murah, penonton Bisa memilih tempat yang paling nyaman di
sekeliling gelanggang. Awalnya adu kerbau dilakukan untuk
mempertahankan tradisi suku Minangkabau. Sayang belakangan acara adu
kerbau justru dimanfaatkan para penontonnya untuk bertaruh atau
berjudi. Begitu pula dalam pertandingan Borgol. Dan Borgol-lah yang
dijagokan. Hampir seluruh penonton bertaruh Borgol sang jagoan akan
memenangkan pertandingan.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dua kerbau aduan dibawa ke
tengah lapangan. Dan tanpa menunggu aba-aba lagi, kedua kerbau langsung
saling mengejar. Tak disangka, Borgol yang dijagokan justru lari
terbirit-birit menghindari lawan. Adu kerbau kali ini ternyata tak
berjalan lama. Hanya dalam sekejap, Borgol menyerah kalah dan lari
tunggang langgang ke luar arena.

Para penonton pun pulang dengan penuh
kekecewaan. Borgol sang jagoan ternyata tak mampu mempertahankan
gelarnya. Rona kecewa juga terpancar di wajah Kati Sutan. Kekalahan
Borgol seakan kehilangan kehormatan untuk keluarga Kati Sutan.



Alkisah di masa lalu Ranah Minangkabau mendapat ancaman Agresi
dari kerajaan yang kuat dari daerah Jawa. Untuk menghindari pertempuran
fisik yang pasti banyak memakan korban, orang Minangkabau menjalankan
diplomasi dan mengusulkan supaya peperangan tersebut diganti dengan adu
kerbau. Usul tersebut disetujui oleh raja dari Jawa, setelah itu
dikirimlah kerbau yang besar dan perkasa.


Sejarah Minangkabau

Suatu siang di suatu kawasan di Ranah Minang. Puluhan warga memadati
arena pertandingan. Di tengah lapangan, dua ekor kerbau kekar saling
berhadapan. Mereka akan diadu untuk ditetapkan sebagai sang juara.
Itulah sepintas adu kerbau yang menjadi budaya turun-temurun masyarakat
Minangkabau, Sumatra Barat. Budaya warisan leluhur yang telah
berlangsung ratusan tahun itu hingga kini masih dijaga dengan bagus oleh masyarakat Minang.

Alkisah di masa lalu Ranah Minangkabau mendapat ancaman Agresi dari
kerajaan yang kuat dari daerah Jawa. Untuk menghindari pertempuran
fisik yang pasti banyak memakan korban, orang Minangkabau menjalankan
diplomasi dan mengusulkan supaya peperangan tersebut diganti dengan adu
kerbau.  Usul tersebut disetujui oleh raja dari Jawa, setelah itu
dikirimlah kerbau yang besar dan perkasa. Dari Minangkabau disiapkan
anak kerbau akan tetapi yang kehausan dan di tanduknya dipasang taji.

Suku Minangkabau memang mempunyai keterkaitan yang sangat erat
dengan Fauna ternak berkaki empat yang disebut kerbau. Itu antara lain
terlihat di berbagai identitas budaya Minang, seperti atap rumah
tradisional mereka (Rumah Bogonjong). Rumah adat yang kerap disebut
juga Rumah Gadang itu berbentuk seperti tanduk kerbau. Begitu pula di
pakaian wanitanya (Baju Tanduak Kabau).

Sudah beratus-ratus tahun lamanya kerbau menjadi salah satu Fauna
terfavorit di Provinsi Sumbar. Badan kerbau yang besar dan kekar
dianggap mampu membantu berbagai macam pekerjaan manusia. Salah satu
pekerjaan kuno yang dikerjakan dengan bantuan tenaga kerbau yaitu
menggiling tebu. Dengan alat sederhana, sang kerbau diikat di sebilah
bambu yang terhubung di alat pemeras tebu tradisional. Selama delapan
jam bekerja, sang kerbau terus-menerus berputar mengelilingi alat
pemeras. Uniknya, supaya sang kerbau tak akan pusing kepala, mata Fauna itu
ditutup dengan dua buah batok kelapa yang dilapisi kain.

Air tebu hasil perasan sang kerbau itulah yang setelah itu menjadi
cikal bakal pembuatan gula merah tradisional. Masyarakat Minang percaya
gula merah hasil kerja keras sang kerbau lebih gurih ketimbang dari
alat modern.

Saat
dimulai pertarungan, saat anak kerbau yang masih kecil itu menoleh ke
kerbau dari Jawa, serta merta menyeruduk perut lawannya yang dikira
ibunya dan menikam kerbau dari Jawa  hingga mati. Raja Jawa mengakui
kemenangan ini dan akhirnya mengurungi niatnya untuk menyerang
Minangkabau. Sejak itulah orang Minangkabau konon memakai nama
Minangkabau yang berarti Menang Dalam Pertandingan Kerbau sebagai
identitas budayanya.


Sejarah Minangkabau

Dari sisi sejarah, Fauna kerbau untuk suku besar di Sumbar ini telah
mengantarkan kejayaan mereka di masa silam. Konon, dahulu kala Sebab
bantuan kerbau-lah masyarakat di Sumbar menang perang melawan suku
Jawa. Akhirnya hingga sekarang mereka menamakan dirinya sebagai suku
Minangkabau. “Jadi perang tak berakhir juga, jadi kami usulkan untuk
adu aja kerbau.

Oleh pihak penyerang dicarilah kerbau yang terbesar di
daerahnya ditempatkan di tengah ladang. Orang sini hanya anak kerbau
yang sedang menyusu. Sebab kerbau yang sudah dua hari tak minum susu,
dia lari mengejar susu ibunya. Jadi perut kerbau besar itu robek dan
dia lari,” kisah Datuk Bandaro Panjang, pemuka adat.

Kisah sang kerbau ternyata tak hanya menjadi legenda semata. Hingga
kini pasar ternak di Sumbar pun lebih banyak menjual kerbau ketimbang
sapi. Sistem penjualan ternak orang Minang pun cukup unik. Berbeda
dengan pasar sayur tradisional di pasar ternak ini tak akan akan terdengar
sepatah Perkataan pun antara sang penjual dan pembeli. Transaksi yang
berlaku hanya memakai tangan. Jari-jari tangan dipakai sebagai alat
perhitungan harga jual ternak yang akan dibeli.

Badan padat, kaki kekar dan mata tajam. Itulah ciri khas Si Borgol,
kerbau kesayangan Kati Sutan, petani Ranah Minang. untuk Kati Sutan,
mempunyai kerbau seperti Borgol ibarat mempunyai harta yang sangat
berharga dan juga kehormatan. Borgol bukanlah sembarang kerbau. Ia
seekor kerbau aduan yang sudah menang lima kali pertandingan. Sebab
kehebatan itulah, Fauna tersebut setelah itu mendapat gelar borgol yang
berarti kuat mengunci lawan.

Tak hanya untuk hobi semata, kesenangan Kati Sutan mengikuti adu
kerbau juga untuk meneruskan tradisi budaya Minangkabau. Ketangguhan Si
Borgol yang sudah lima kali memenangkan pertandingan itu membuat Kati
Sutan terkenal di kampungnya. Setelah berumur dua tahun, kerbau yang
mempunyai potensi sebagai aduan biasanya mulai dilatih oleh pemiliknya.
Kali ini, Borgol pun akan dilatih untuk mempersiapkan kekuatan fisiknya
menjelang pertandingan. Calon lawan tanding latihan wajib sesuai berat
tubuh Si Borgol. Sebab bila tak akan imbang, latihan tarung itu akan
percuma.


Sejarah Minangkabau

Latihan tarung kerbau paling lama dilakukan selama satu jam. Setelah
yakin akan kekuatan Borgol, latihan tarung dihentikan. Kati Sutan
sangat yakin kerbaunya akan menang kembali. Dalam adu kerbau tak hanya
kekuatan kerbau yang menjadi andalan. Pemilik kerbau juga wajib meminta
jampi-jampi kepada dukun kerbau supaya menang dalam pertandingan.

Seusai latihan tarung, Kati Sutan pun meminta seorang dukun kerbau
untuk menjampi-jampi Si Borgol. Seperti pertandingan sebelumnya, Kati
Sutan meminta bantuan Sutan Marajo, dukun adu kerbau yang terkenal di
kampungnya. Sang dukun membawa sejumlah bahan-bahan alam untuk membuat
jamu andalan untuk Si Borgol.

Bahan-bahan alam yang terdiri dari jahe, temulawak, lada dan
daun-daunan alam lainnya mulai diracik. Di atas api besar, jamu-jamuan
itu disangrai hingga gosong. Sementara keluarga Kati Sutan pun ikut
membantu. Bahan lain untuk campuran jamu, seperti telur bebek, air
jeruk nipis, minuman suplemen dan satu botol bir hitam turut disiapkan.

Setelah semua bahan siap, Sutan Marajo pun mulai membacakan mantera
dan membakar kemenyan. Ia berdoa supaya kerbau yang dijampinya Bisa
memenangkan pertandingan. Jampi-jampi pun dicampur ramuan. Setelah itu,
ramuan setelah itu ditempatkan di selembar daun yang keesokan harinya akan
diberikan kepada Si Borgol. Keluarga Kati Sutan pun lantas
mempersiapkan Borgol sang jagoan untuk diadu keesokan harinya.

Hari pertandingan pun tiba. Kati Sutan mulai bersiap-siap. Namun
sebelum berangkat ke arena pertandingan masih ada sejumlah ritual yang
wajib dilakukan sang dukun, yakni meruncingkan tanduk milik Si Borgol.
Tanduk merupakan salah satu bagian tubuh kerbau yang paling mudah untuk
melukai lawan. Karenanya wajib dibuat setajam mungkin. Dengan sebilah
pisau Sutan Marajo menajamkan tanduk Si Borgol. Kini tanduk sang kerbau
telah tajam laksana pedang.

Ritual pun dilanjutkan. Seperti layaknya manusia, Borgol wajib mandi
dahulu sebelum maju ke arena pertarungan. Sambil membalurkan air ke
tubuh Borgol, Sutan Marajo merapalkan jampi-jampi ajiannya supaya jagoan
Kati Sutan ini kuat melawan musuh. Sesudah acara mandi selesai, sang
dukun membagikan ramuan jampi-jampinya yang dibuat kemarin sore. Tanpa
melawan Borgol pun setelah itu memakan ramuan sang dukun dengan lahapnya.
Tak lupa tubuh tegap Borgol pun dibaluri lumpur dan jelaga supaya
terlihat gagah. Kini seluruh persiapan telah usai dilaksanakan. Borgol
sang jagoan sudah tak sabar bertemu lawan tandingan.


Sejarah Minangkabau

Siang itu di bawah sinar matahari, Borgol dilepas dari kandangnya.
Bak seorang jagoan, dengan gagahnya Borgol berjalan keliling kampung
menuju arena pertandingan. Letak arena pertandingan sekitar tujuh
kilometer dari desa Kati Sutan. Namun ditemani sang dukun Sutan Marajo,
Borgol tak gentar berjalan. Bahkan sesekali, kerbau kekar itu mulai
berlari seakan tak sabar untuk bertemu sang penantang.

Akhirnya hingga juga Borgol di lokasi pertandingan. Rupanya sang
lawan telah menunggu di pojok arena. Lawan Andal Borgol tersebut
berasal dari desa tetangga. Berbeda dengan Borgol yang sudah ikut lima
kali pertandingan, lawannya justru baru kali ini maju ke arena adu
kerbau.

Satu per satu penonton mulai berdatangan ke arena. Dengan tarif yang
cukup murah, penonton Bisa memilih tempat yang paling nyaman di
sekeliling gelanggang. Awalnya adu kerbau dilakukan untuk
mempertahankan tradisi suku Minangkabau. Sayang belakangan acara adu
kerbau justru dimanfaatkan para penontonnya untuk bertaruh atau
berjudi. Begitu pula dalam pertandingan Borgol. Dan Borgol-lah yang
dijagokan. Hampir seluruh penonton bertaruh Borgol sang jagoan akan
memenangkan pertandingan.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dua kerbau aduan dibawa ke
tengah lapangan. Dan tanpa menunggu aba-aba lagi, kedua kerbau langsung
saling mengejar. Tak disangka, Borgol yang dijagokan justru lari
terbirit-birit menghindari lawan. Adu kerbau kali ini ternyata tak
berjalan lama. Hanya dalam sekejap, Borgol menyerah kalah dan lari
tunggang langgang ke luar arena.

Para penonton pun pulang dengan penuh
kekecewaan. Borgol sang jagoan ternyata tak mampu mempertahankan
gelarnya. Rona kecewa juga terpancar di wajah Kati Sutan. Kekalahan
Borgol seakan kehilangan kehormatan untuk keluarga Kati Sutan.


0 Response to "Sejarah Minangkabau Yang Wajib kita Ketahui"

Post a Comment